Pasang Iklan Bisnis Anda

Pasang Iklan Bisnis Anda

Mengenal Adat Istidat serta Budaya Suku Sasak Lombok

Posted by

Hingga saat ini di Lombok terdapat berbagai macam budaya daerah yang sudah berkembang dalam masyarakat sehingga jika dikelola secara profesional akan dapat menarik minat wisatawan untuk berkunjung di Lombok yang pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan masyarakat. Berbagai atraksi budaya daerah ini antara lain:


1. Gendang Beleq 



Disebut Gendang Beleq karena salah satu alatnya adalah gendang beleq (gendang besar). Orkestra ini terdiri atas dua buah gendang beleq yang disebut gendang mama (laki-laki) dan gendang nina(perempuan), berfungsi sebagai pembawa dinamika. Sebuah gendang kodeq (gendang kecil), dua buah reog sebagai pembawa melodi masing-masing reog mama, terdiri atas dua nada dan sebuah reog nina, sebuah perembak beleq yang berfungsi sebagai alat ritmis, delapan buah perembak kodeq. Perembak ini paling sedikit enam buah dan paling banyak sepuluh. Berfungsi sebagai alat ritmis, sebuah petuk sebagai alat ritmis, sebuah gong besar sebagai alat ritmis, sebuah gong penyentak, sebagai alat ritmis, sebuah gong oncer, sebagai alat ritmis, dan dua buah bendera maerah tau kuning yang disebut lelontek. Menurut cerita, gendang beleq ini dulu dimainkan kalau ada pesta-pesta kerajaan, sedang kalau ada perang berfungsi sebagai komandan perang, sedang copek sebagai prajuritnya. Kalau perlu datu (raja) ikut berperang, disini payung agung akan digunakan. Sekarang fungsi payung ini ditiru dalam upacara perakawinan. Gendang beleq dapat dimainkan sambil berjalan atau duduk. Komposisi waktu berjalan mempunyai aturan tertentu, berbeda dengan duduk yang tidak mempunyai aturan. pada waktu dimainkan pembawa gendang beleq akan memainkannya sambil menari, demikian juga pembawa petuk, copek dan lelontok.


2. Bau Nyale 

Bau Nyale adalah sebuah peristiwa dan tradisi yang sangat melegenda dan mempunyai nilai sakral tinggi bagi suku Sasak. Tradisi ini diawali oleh kisah seorang Putri Raja Tonjang Baru yang sangat cantik yang dipanggil dengan Putri Mandalika. Karena kecantikannya itu para Putra Raja, memperebutkan untuk meminangnya. Jika salah satu Putra raja ditolak pinangannya maka akan menimbulkan peperangan. Sang Putri mengambil keputusan pada tanggal 20 bulan kesepuluh untuk menceburkan diri ke laut lepas. Dipercaya oleh masyarakat hingga kini bahwa Nyale adalah jelmaan dari Putri Mandalika. Nyale adalah sejenis binatang laut berkembang biak dengan bertelur, perkelaminan antara jantan dan betina. Upacara ini diadakan setahun sekali. Bagi masyarakat Sasak, Nyale dipergunakan untuk bermacam-macam keperluan seperti santapan (Emping Nyale), ditaburkan ke sawah untuk kesuburan padi, lauk pauk, obat kuat dan lainnya yang bersifat magis sesuai dengan keyakinan masing-masing.


3. Upacara Rebo Bontong

Upacara Rebo bontong dimaksudkan untuk menolak bala (bencana/penyakit), dilaksanakan setiap tahun sekali tepat pada hari Rabu minggu terakhir bulan Safar. Menurut kepercayaan masyarakat Sasak bahwa pada hari Rebo Bontong adalah merupakan puncak terjadi Bala (bencana/penyakit), sehingga sampai sekarang masih dipercaya untuk memulai suatu pekerjaan tidak diawali pada hari Rebo Bontong. Rebo Bontong ini mengandung arti Rebo dan Bontong yang berarti putus sehingga bila diberi awalan pe menjadi pemutus. Upacara Rebo Bontong ini sampai sekarang masih tetap dilaksanakan oleh masyarakat di Kecamatan Pringgabaya.


4. Slober 
 
 Kesenian Slober adalah salah satu jenis musik tradisional Lombok yang tergolong cukup tua, alat-alat musiknya sangat unik dan sederhana yng terbuat dari pelepah enau dengan panjang 1 jengkal dan lebar 3 cm. Kesenian slober didukung juga dengan peralatan yang lainnya yaitu gendang, petuq, rincik, gambus, seruling. Nama kesenian slober diambil dari salah seorang warga desa Pengadangan kecamatan Pringgasela yang bernama Amaq Asih alias Amaq Slober. Kesenian ini salah satu kesenian yang masih eksis sampai saat ini yang biasanya dimainkan pada setiap bulan purnama.


5. Lomba Memaos 

Lomba Memaos atau membaca lontar yaitu lomba menceritakan hikayat kerajaan masa lampau, satu kelompok pepaos terdiri dari 3-4 orang, satu orang sebagai pembaca, satu orang sebagai pejangga dan satu orang sebagai pendukung vokal. Tujuan pembacaan cerita ini untuk mengetahui kebudayaan masa lampau, dan menanamkan nilai-nilai budaya pada generasi penerus. Kesenian memaos ini diangkat kembali sebagai asset budaya daerah dan dapat dijadikan sebagai daya tarik wisata khususnya wisata budaya.


6. Peresean 

Kesenian Bela diri ini sudah ada sejak jaman kerajaan-kerajaan di Lombok, awalnya adalah semacam latihan pedang dan perisai sebelum berangkat ke medan pertempuran. Pada perkembangannya hingga kini senjata yang dipakai berupa sebilah rotan dengan lapisan aspal dan pecahan kaca yang dihaluskan, sedangkan perisai (Ende) terbuat dari kulit lembu atau kerbau. Setiap pemainnya/pepadu dilengkapi dengan ikat kepala dan kain panjang. Kesenian ini tak lepas dari upacara ritual dan musik yang membangkitkan semangat untuk berperang. Pertandingan akan dihentikan jika salah satu pepadu mengeluarkan darah atau dihentikan oleh juri. Walaupun perkelahian cukup seru bahkan tak jarang terjadi cidera hingga mengucurkan darah didalam arena., tetapi diluar arena sebagai pepadu yang menjunjung tinggi sportifitas tidak ada dendam diantara mereka. Inilah pepadu Sasak. Festival Periseian diadakan setiap tahun di Kabupaten Lombok Timur dan diikuti oleh pepadu sepulau Lombok.




7. Begasingan 

Begasingan merupakan salah satu permainan yang mem-punyai unsur seni dan olah raga, merupakan permainan yang ter-golong cukup tua di masyarakat Sasak. Begasingan ini berasal dari dua suku kata yaitu Gang dan Sing yang artinya gang adalah lokasi lahadalah suara. Seni tradisional ini mencerminkan nuansa kemasyarakatan yang tetap berpegangan kepada petunjuk dan aturan yang berlaku ditempat permainan itu, nilai-nilai yang berkembang didalamnya selalu mengedepankan rasa saling menghormati dan rasa kebersamaan yang cukup kuat serta utuh dalam melaksanakan suatu tujuan dan selalu menjunjung tinggi nilai-nilai luhur yang menjadi kebanggaan jati diri. Permainan ini biasanya dilakukan semua kelompok umur dan jumlah pemain tergantung kesepakatan kedua belah pihak di lapangan.


8. Bebubus Batu 

Bebubus batu merupakan salah satu warisan budaya Sasak yang masih dilaksanakan didusun Batu Pandang kecamatan Swela. Bebubus batu berasal dari kata bubus yaitu sejenis ramuan obatan yang terbuat dari beras dan dicampur dengan berbagai jenis tumbuh-tumbuhan sedangkan batu adalah sebuah batu tempat untuk melaksanakan upacara yang dikeramatkan oleh masyarakat setempat. Prosesi acara ini dipimpin oleh Pemangku yang diiringi oleh kiyai, penghulu dan seluruh warga dengan menggunakan pakaian adat dan membawa Sesajen (dulang) serta ayam yang akan dipakai untuk melaksanakan upacara. Upacara Bebubus batu ini dilaksanakan setiap tahunnya yang dimaksudkan adalah untuk meminta berkah kepada Sang Pencipta.


9. Tandang Mendet
Tari tandang Mendet /tarian Perang merupakan salah satu tarian yang ada sejak jaman kejayaan kerajaan Selaparang yang menggambarkan oleh keprajuritan atau peperangan. Tarian ini dimainkan oleh belasan orang yang berpakaian lengkap dengan membawa tombak, tameng, kelewang (pedang) dan diiringi dengan gendang beleq serta sair-sair yang menceritakan tentang keperkasaan dan perjuangan, tarian ini bisa ditemui di Sembalun.


10. Sabuk Belo
Sabuk Belo adalah sabuk yang panjangnya 25 meter dan merupakan warisan turun temurun masyarakat Lombok khususnya yang berada di Lenek Daya. Sabuk Belo biasanya dikeluarkan pada saat peringatan Maulid Bleq bertepatan dengan tanggal 12 Rabiul Awal tahun Hijriah. Upacara pengeluaran Sabuk Bleq ini diawali dengan mengusung keliling kampung secara bersama-sama yang diiringi dengan tetabuhan Gendang Beleq yang dilanjutkan dengan praja mulud dan diakhiri dengan memberi makan kepada berbagai jenis makhluk. Menurut kepercayaan masyarakat setempat upacara ini dilakukan sebagai simbol ikatan persaudaraan, persahabatan, persatuan dan gotong royong serta rasa kasih sayang diantara makhluk yang merupakan ciptaan Allah.



Suku sasak merupakan suku asli yang berada di Lombok, tepatnya di Dusun Sade, Desa Rambitan, Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah. Suku sasak tinggal di sebuah perkampungan tradisional. Kampung ini merupakan kampung yang paling tua dengan jumlah penduduk 700 jiwa dan terdiri dari 150 rumah. Suku sasak merupakan suku yang masih berpegang teguh pada adat istiadatnya. Salah satunya adalah adat kawin lari/kawin culik. Perbedaan antara kawin lari dengan kawin culik yaitu kawin lari dilakukan jika pihak perempuan dan pihak laki-laki saling menyukai. Sedangkan kawin culik dilakukan jika pihak laki-lakinya suka namun pihak perempuannya tidak suka. Kawin lari dilakukan secara sembunyi-sembunyi dimana pihak laki-laki menculik pihak perempuan tanpa sepengetahuan dari keluarga pihak perempuan. Biasanya pihak laki-laki menculik pihak perempuan ketika pihak perempuan yang disukainya sedang beraktivitas di luar rumah. Misalnya seperti ketika pulang dari sekolah, pulang dari pasar, pulang dari bercocok tanam atau lain sebagainya. Perempuan yang diculik adalah para gadis-gadis dari suku sasak yang rata-rata masih berumur 12-15 tahun. Gadis-gadis dari suku sasak memang menikah di umur yang masih sangat belia karena rata-rata gadis dari suku sasak ini hanya diperbolehkan menempuh pendidikan maksimal di tingkat SMP dan itu pun hanya di izinkan bersekolah di sekolah yang dekat dengan kampung dan setelah lulus sekolah biasanya mereka langsung dinikahkan. Alasan para gadis hanya diperbolehkan menempuh pendidikan maksimal di tingkat SMP dan harus ersekolah di sekolah yang dekat saja adalah karena orang tua mereka berfikir jika anak-anak gadis mereka bersekolah di tempat yang jauh, mereka takut kalau anaknya nanti bisa hamil. Para gadis suku sasak juga hanya boleh beraktivitas di luar rumah sampai pukul 4 sore saja dan sisa waktunya mereka habiskan di rumah. Selain itu para gadis suku sasak juga sudah diwajibkan belajar menenun kain sejak umur 8 tahun dan tidak diperbolehkan menikah jika belum bisa menenun. Gadis suku sasak yang akan menikah harus diculik terlebih dahulu oleh pihak laki-laki yang menyukainya, Ketika gadis suku sasak diculik tetapi dia tidak menyukai laki-laki yang menculiknya, dia boleh lari agar tidak ditangkap oleh laki-laki yang menyukainya. Namun jika laki-laki yang menyukainya berhasil menangkap dia baik dengan cara dirayu atau dipaksa dan sudah bermalam selama satu malam maka mereka dianggap sudah menikah. Setelah bermalam lalu pihak laki-laki mengutus salah satu keluarganya untuk datang memberitahu ke pihak keluarga perempuan bahwa anak perempuannya semalam telah diculik oleh anak laki-lakinya. Setelah itu pihak keluarga perempuan akan menikahkan anaknya dengan laki-laki yang menculik anaknya tersebut. Namun jika wali dari pihak perempuan tidak setuju dengan laki-laki yang menculik anak perempuannya, maka anak laki-laki yang menculik anak perempuannya tersebut harus mencari wali yang lainnya. Seperti misalnya kakak/adik dari ayah pihak perempuan untuk meminta persetujuan. Jika disetujui maka pihak laki-laki boleh menikahkan pihak perempuan yang diculiknya. Biasanya ketika pernikahan syarat/mahar yang diberikan kepada pihak hanyalah seperangkat alat sholat jika yang menculiknya masih berasal dari suku sasak. Tetapi jika yang menculiknya berasal dari luar suku sasak maka mahar yang harus diberikan kepada pihak perempuan adalah 2 ekor kerbau. Dan ketika ijab Kabul hanya pihak laki-laki sajalah yang ada. Setelah acara ijab kabul selesai lalu pengantin berkeliling kampung dan setelah itu baru ada “Nyengkolan” yaitu mengantarkan pengantin perempuan ke rumah perempuan dengan tarian-tarian. Setelah menikah biasanya mereka akan membangun rumah baru di kampung tersebut. Rumah di kampung ini bentuknya sama antara rumah satu dengan rumah lainnya. Atap rumahnya terbuat dari rumput alang-alang dan lantainya tidak menggunakan keramik. Bentuk rumahnya bertingkat dan terdiri dari 2 lantai. Lantai 1 terdiri dari ruang tamu sedangkan lantai 2 terdiri dari dapur dan ruang tidur khusus untuk gadis serta ruang khusus untuk melahirkan. Di dalam rumah tersebut terdapat 3 anak tangga. Menurut Bapak Awan selaku guide di sana, Dia menjelaskan bahwa 3 anak tangga tersebut mempunyai sebuah filosofi, yakni dahulunya suku sasak menganut 3 agama yaitu Islam, Hindu dan Animisme. Tetapi semakin kesini semakin banyak warga suku susuk yang beragama Islam. Jadi suku sasak membuat 2 buah anak tangga lagi yang terletak di bagian pintu masuk. Sehingga total anak tangganya menjadi 5 buah. 5 buah anak tangga ini diartikan bahwa dalam Islam ada 5 waktu sholat. Biasanya untuk membersihkan lantai suku sasak menggunakan kotoran kerbau yang dicampur dengan air. Kotoran kerbau yang digunakan adalah kotoran kerbau yang baru dikeluarkan oleh seekor kerbau jadi kotorannya masih hangat. Kotoran kerbau yang masih hangat ini diyakini dapat membuat lantai menjadi bersih dan tidak pecah-pecah. Suku sasak rutin mengepel lantai dengan kotoran ini seminggu sekali. Disini hewan kerbau menjadi hewan yan disakrakalkan dan dianggap suci. Oleh karena itu setiap seminggu sekali warga wajib mengepel lantai dengan kotoran kerbau. Begitu pula jika ingin mengadakan acara di rumah maka sehari sebelumnya lantai tersebut harus di pel dengan menggunakan kotoran kerbau.




Blog, Updated at: March 31, 2017

0 comments:

Post a Comment

Fanspages

Artikel Populer